Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

kancil di dalam sebuah dongeng

Cerita yang sering kita dengar dari ayah, bunda, kakak dan nenek kita serta dari buku-buku cerita yang kita baca semuanya bilang kalo kancil itu hewan yang cerdik, nakal, dan suka mencuri ketimun. Tapi apakah benar si kancil memang mempunyai sifat seperti itu? Kancil itu sebenarnya hewan apa sih? Apa saja makanan kesukaannya? Tentunya masih banyak pertanyaan lain yang muncul setiap kali kita mendengar atau membaca cerita tentang si kancil.

Dalam bahasa melayu kancil disebut pelanduk, sedangkan dalam bahasa latin disebut Tragulus javanicus. Kancil merupakan hewan ruminansia terkecil di dunia. Ruminansia adalah hewan pemakan hijauan yang memiliki lambung dengan beberapa ruangan. Contoh hewan ruminansia lainnya, yaitu sapi, domba, kambing dan rusa. Hewan – hewan ini memiliki lambung dengan empat ruangan. Masing – masing ruangan memiliki fungsi sendiri-sendiri. Wah hebat ya, namun lambung kancil hanya memiliki tiga buah ruangan. Sehingga kancil disebut sebagai hewan ruminansia primitif. Hewan ruminansia biasanya biasanya suka sekali makan rumput, tapi ternyata si kancil tidak suka rumput. Nah ini cerdiknya si kancil. Dia lebih suka memakan makanan yang mudah dicerna. Di hutan, kancil memakan pucuk daun, buah-buahan yang jatuh dari pohon, rumput dan akar. Sedangkan di kebun binatang maupun kandang peliharaan, kancil biasanya diberikan makanan seperti irisan kangkung, kacang panjang, wortel, bengkoang, ubi, selada, jagung muda, terong serta buah-buahan. Buah-buahan yang disukai kancil yang berbau harum dan lunak, buah kesukaannya adalah pisang terutama pisang ambon dan raja. Selain pisang, kancil juga suka apel dan nangka. Untung gak suka duren ya bisa rebutan nih sama kita…………..

Kenapa ketimun tidak disebutkan dalam daftar makanan kancil? Jadi bertanya-tanya sebenarnya kancil suka timun gak ya? Apalagi sampai mencuri timun di ladang pak tani? Apa sebenarnya tetangga pak tani ya yang nyuri ketimun ya?? Wah tidak boleh berprasangka buruk dulu nich. Nah ternyata pada kancil yang dipelihara, ketahuan waktu diberikan ketimun kancil tidak suka karena ketimun yang diberikan tidak dimakan sama sekali. Andaikan kancil tidak diberikan makanan lain selain ketimun, dan dengan terpaksa memakannya, ternyata bisa menyebabkan kembung pada kancil. Kancilnya jadi sakit dan bisa mati. Waduh !!!!!!!!!!!!!!! Lalu dulu siapa yang yang mencuri ketimun pak tani ya? Kenapa kancil jadi kambing hitam ya?

Tetapi kancil sebagai hewan cerdik ada benarnya nih. Ini terbukti lho pada saat pemberian makan. Makanan kancil yang beraneka ragam tersebut, seperti kangkung, kacang panjang, wortel, ubi dan pisang kalau diberikan bersamaan pada wadah, tahukah kalian apa yang dipilih kancil duluan? Ya benar, jawabnya adalah pisang. Karena mereka mencium bau harum dan mudah memakannya. Wah wah…………… memang cerdik apalagi kalo pisang ambon sekali santap langsung ludes dech.

Terus bener gak ya kalau kancil tuh anak nakal? Sebenarnya mungkin gak nakal ya…………… malahan kancil merupakan hewan yang pemalu. Kancil ini saking pemalunya dia akan berusaha tidak terlihat, jadi dia cenderung akan sembunyi kalo ada orang. Makanya, ketika memelihara kancil di kandang (kebun binatang maupun kandang untuk percobaan) lebih baik disediakan tempat persembunyian. Karena kalau ketakutan dan tidak nyaman, kancil biasanya akan menangis. Selain itu kancil juga sering stress kalo kondisi kandangnya tidak menyenangkan dan kondisi ini bisa menyebabkan kancil mati. Tuh kan nakal dari mana ya? Apa karena dia susah ditangkap ya, makanya dibilang nakal.

Wah selama ini salah ya anggapan kita tentang kancil……………….. berarti dia gak suka timun apalagi mencuri ketimun dan ternyata dia adalah hewan yang penakut dan pemalu. Jadi gimana mau nakal ya??? Tapi kayanya anggapan kalo kancil hewan yang cerdik nich bener ya……………

Nah ternyata jumlah kancil sekarang ini semakin menurun di hutan. Ternyata banyak orang yang memburunya. Karena ternyata daging kancil ini enak untuk dimakan. Makanya banyak orang yang berusaha memburu hewan ini. Selain itu karena tubuhnya yang kecil memudahkan hewan lain untuk memangsanya. Banyak hewan seperti ular, elang, harimau. Kucing hutan dan hewan buas lainnya di hutan yang berusaha memangsanya. Padahal kancil merupakan hewan yang dilindungi pemerintah. Jadi tugas bagi kita semua untuk menjaga kelestarian kancil agar tidak punah. Sehingga kita tidak boleh memburunya apalagi untuk dimakan dagingnya. Jadi kita semua harus bersama-sama untuk menjaga kancil dari kepunahan. Karena dia merupakan hewan yang berharga. (Ditulis berdasarkan pengalaman menulis Thesis S2).

Kancil = Koruptor?
OPINI |
Binatang tahan palu, manusia tahan kias: mengajar manusia tidak perlu dengan kekerasan, cukup dengan sindiran atau kiasan. Sindiran (atau makian) dengan metafora binatang dianggap sebagai kekuatan dalam mengidentifikasi pengetahuan masyarakat lokal terhadap perilaku binatang juga sikap mereka terhadap binatang tersebut untuk menyindir anggota masyarakat yang menyimpang dari konvensi. Artinya, ada tuntutan dari masyarakat secara keseluruhan agar anggota masyarakat yang menyimpang tersebut dapat membaik dengan cara disindir, terutama menggunakan konsep-konsep yang diambil dari binatang yang ada di sekitar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa binatang mempunyai peran penting dalam kebudayaan masyarakat suatu bangsa. Babi, misalnya, akan digambarkan sebagai hewan yang hina, dan digunakan untuk mengejek orang lain agar orang lain tidak berlaku buruk sebagaimana babi berkubang di lumpur. Pengambilan konsep binatang di sekitar tersebut kemudian dapat dianggap sebagai representasi sikap atau persepsi masyarakat secara keseluruhan terhadap binatang di sekitar mereka. Dalam suatu bangsa, penilaian baik-buruknya binatang-binatang tertentu mempunyai dampak psikologis terhadap penggunaan bahasa dan pandangan hidup masing-masing individunya. Nah, bagaimana dengan persepsi bangsa Melayu (Indonesia) terhadap binatang yang digambarkan ’suka mencuri’? Persoalannya bukanlah apakah mencuri itu baik atau buruk, tetapi perlu juga dilihat kesan alam bawah sadar penutur bahasa terhadap binatang yang suka mencuri itu.

Gambaran Umum

Dalam semua bangsa, cerita-cerita tentang hewan berpengaruh terhadap bagaimana kesan bangsa tersebut dengan hewan yang diceritakan. Maka jika Anjing di bahasa Melayu dianggap sebagai hewan yang berkonotasi negatif, hal sebaliknya berlaku di Amerika Serikat dan Eropa. Cerita-cerita tentang kepahlawanan anjing, kelucuan anjing, kesetiaan anjing, dan lain-lain, tidak berpengaruh terhadap persepsi mayoritas masyarakat Indonesia terhadap anjing. Terbukti sampai sekarang “anjing” masih dipakai sebagai makian paling populer dalam bahasa-bahasa di Nusantara.

Semua bahasa dapat menggunakan metafora GENERIC IS SPECIFIC ‘umum adalah khusus’ untuk memberikan interpretasi level umum (generik) dari level spesifik dalam memakai konsep binatang. Dalam bahasa Jerman, sie sind wie Hund und Katze = sie vertragen sich nicht, streiten dauernd, (mereka seperti anjing dan kucing, yang selalu bertengkar). Ungkapan ini mempunyai makna yang sama dengan “bagai anjing dan kucing” dalam bahasa Indonesia.

Patut disimak pepatah Inggris Fine feathers make fine birds. Makna generik peribahasa tersebut adalah bahwa orang lain menilai kita dari penampilan kita sehingga kita jauh lebih berkesempatan untuk berhasil dalam hidup jika berpakaian dengan baik. Fine feathers dan fine birds adalah konsep yang berada di tingkat spesifik. Dikatakan bahwa bulu halus adalah pakaian bagus, dan burung yang bagus mempunyai “pakaian” yang bagus pula sehingga manusia pun demikian. Maka tidak mengherankan orang Inggris menjaga penampilan mereka sampai-sampai dibuatkan pepatah untuk menggambarkan kelebihan orang yang berpenampilan sesuai kepantasan. Di Amerika Serikat juga ada. Burung chaffinch jauh lebih berwarna dan menarik daripada burung gereja, padahal dua jenis burung tersebut berasal dari keluarga yang sama, yakni pipit, dan jika tanpa bulu dua jenis itu akan identik dalam penampilan. Dengan perbedaan, misalnya dengan bulu yang cerah, akan memberikan kesan menarik pada burung. Begitu juga pakaian bagus membuat seseorang terlihat lebih mengesankan daripada pakaian biasa. Yang pertama adalah konsep yang lebih konkret atau fisik, sedangkan yang kedua adalah konsep yang lebih abstrak. Adapun dalam makna asosiatif terdapat pula makna konotatif jika kata-kata tersebut berasosiasi dengan nilai rasa terhadap kata itu. Kata “babi”, misalnya, berasosiasi dengan rasa jijik, haram, dan kotor.

Dalam pepatah di Amerika Serikat, Even a worm will turn ‘Bahkan cacing akan berubah (bentuk)’, manusia juga diibaratkan dan dipahami sebagai binatang. Cacing adalah hewan kecil tipis dengan tubuh yang lunak, tanpa tulang atau kaki. Ketika disentuh saja cacing menggeliat dan memberontak. Secara metaforis, cacing mengacu kepada sesuatu yang rendah dan menjijikkan. Makna literalnya adalah bahwa bahkan cacing, binatang yang sangat sederhana, mampu mempertahankan diri. Pepatah ini berarti bahwa setiap orang akan memberontak jika terlalu ditekan, bahkan orang atau binatang terendah.

Berikut adalah beberapa proposisi umum yang terjadi dalam skema dalam dunia binatang dari persepsi orang Amerika Serikat.

Babi –> kotor, berantakan, dan kasar.

Singa –> berani dan mulia.

Anjing–> setia, dapat diandalkan, dan dependen.

Kucing –> sifat yang berubah-ubah, independen.

Serigala –> kejam dan pembunuh.

Gorila –> agresif dan identik dengan kekerasan.

Contoh-contoh di atas adalah penggambaran sifat-sifat binatang di Amerika. Selain di Amerika, penggambaran sifat-sifat binatang juga tergambarkan di bahasa-bahasa lain, tak terkecuali bahasa Melayu.

Sifat-Sifat Binatang dalam Budaya Melayu

Dalam bahasa Melayu penggambaran sifat-sifat binatang ada yang berupa binatang nyata (1) dan ada yang berupa binatang khayalan (2). Kira-kira seperti ini:

(1) binatang nyata

Gajah –> Kuat dan berkuasa.

contoh: ”Dua ekor gajah berjuang, seekor pelanduk mati tersepit di tengah”

Kera –> cekatan tapi bodoh.

contoh: ”Anak kera hendak diajar memanjat.” “Kera menegurkan tahinya.”

Anjing –> hina, bodoh, dan jorok.

Contoh: “Jikalau intan itu biar keluar dari mulut anjing sekalipun, bernama intan juga”.

Ular –> licik, berbahaya, dan kuat.

Contoh: ”Bagai bersahabat dengan ular (ber)bisa.”

(2) binatang khayalan

Garuda –> berwibawa, tangguh, dan sakral

Naga –> (kurang lebih sama seperti Garuda)

Kancil/pelanduk –> cerdik, lincah, gambaran orang biasa

Garuda - Naga

Yang paling menarik adalah binatang-binatang “khayalan” ini. Naga dalam kebudayaan Melayu digambarkan sama persis dengan di kebudayaan Tiongkok. Naga belum pernah ada bukti empiris keberadaannya di muka bumi. Gambaran naga adalah seperti ular, sangat besar dan panjang, mampu terbang, dan dari mulutnya bisa keluar api.

Garuda diambil sebagai lambang negara karena mempunyai sifat-sifat yang dianggap baik dan sakral. Garuda digambarkan seperti elang jawa, yang mempunyai tubuh besar, kokoh, kuat, dan bermata tajam. Sama seperti naga, garuda tidak pernah benar-benar ada. Hanyalah simbol semata. Tetapi keduanya membawa ciri khas yang kurang lebih mirip, yakni dalam hal kewibawaan dan keberkuasaan. Dalam kepercayaan kejawen maupun sistem kepercayaan Tiongkok, Naga melambangkan kekuasaan dan kewibawaan. Salah satu paranormal pernah mengatakan bahwa ketika Ibu Tien Soeharto meninggal dunia, ada naga hijau yang terbang di angkasa menuju pantai selatan. Sang paranormal kemudian meramalkan bahwa kejayaan Soeharto sebentar lagi akan runtuh. Dan terbukti (boleh percaya, boleh tidak).

Kancil = maling –> baik?

Sementara itu, peribahasa Jawa “Kancil nyolong (men)timun” menggambarkan bagaimana cerdiknya kancil mencuri mentimun. Kancil ini digambarkan sebagai binatang yang mirip rusa. Di antara ketiga binatang khayalan itu, agaknya perilaku korupsi di Indonesia dikarenakan kisah kancil mencuri mentimun ini. Meskipun mencuri adalah perbuatan yang tidak terpuji, penggambaran kancil di otak bawah sadar manusia di Indonesia adalah positif (Anda boleh tes sendiri dengan pikiran Anda). Artinya, kancil atau disebut juga pelanduk, bukan hewan yang tidak terpuji sebagaimana layaknya anjing atau babi. Kancil mendapatkan tempat tersendiri sebagai hewan yang cerdik, dan pencurian dianggap sesuatu yang legal.

Perihal hina atau tidak, dikembalikan kepada kecerdikan si kancil dalam mencuri.

Jika ketahuan –> kehinaan,

jika tidak ketahuan –> kecerdikan.

Oleh karena itu, alam bawah sadar para pelaku korupsi ini mungkin dipengaruhi oleh penggambaran sifat kancil yang cerdik ini. Kecakapan dalam berstrategi dan bersilat lidah, menentukan kesuksesan si kancil mendapatkan mentimun yang didambakannya.

Aneh sekiranya Anda memaki orang lain dengan “kancil”. Bukannya kuping si pendengar akan memerah, namun justru mungkin akan tersenyum balik. Padahal jelas-jelas perilaku kancil ini adalah seorang pencuri.

Mungkin Angelina Sondakh, Miranda Goeltom, Gayus Tambunan, Edi Tansil, Anas Urbaningrum-Nazarudin, Nurdin Halid, dan orang-orang yang terindikasi mempunyai kasus korupsi yang lain terinspirasi dari konsep “kancil” dalam pikiran mereka. Siapa tahu begitu.hihihihi

*jangan ada yang dipercaya, semua hanya bualan saya.

**karena ini hanyalah opini belaka.

***sumber berasal dari mana-mana.

Posting Komentar untuk " kancil di dalam sebuah dongeng"