Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

cerita rakyat jepang kakek pemekar bunga

cerita rakyat jepang kakek pemekar bunga

Pada jaman dahulu, di suatu desa di gunung, hiduplah sepasang kakek dan nenek yang baik hati. Pada suatu hari, ketika kakek sedang mencangkul ladang kecil di depan rumahnya, terdengar suara teriakan kakek tetangganya yang tamak.
“Hei! Jangan masuk ke ladang orang lain!”
“Guk, guk, guk!”
Kakek menggendong anjing kecil yang datang ke arahnya dengan berlari-lari itu. Kakek tetangga datang mengejarnya dan berkata, “Anjing itu merusak ladangku. Serahkan anjing itu padaku!”
Anjing kecil itu menggigil ketakutan dalam pelukan kakek.
“Tolong, tolong lepaskan dia.”

Kakek memohon sambil menundukkan kepalanya kepada kakek tetangga.
“Kalau nanti masuk lagi, aku pasti akan memukulnya!”
Kakek tetangga pulang dengan hati marah.

Kakek dan nenek yang baik hati memutuskan untuk memelihara anjing kecil itu karena ia sangat manis. Anjing kecil itu dinamai Shiro—dalam bahasa Jepang artinya ‘Putih’. Shiro berlari-larian dengan semangat dari pagi sampai malam. Ia makan nasi, lalu terus membesar dengan cepat. Kalau makan sepiring nasi, Shiro menjadi besar seukuran piring, kalau makan nasi dengan mangkok, ia menjadi besar seukuran mangkuk, kalau makan nasi dalam periuk, ia membesar seukuran periuk.

Pada suatu hari Shiro mendatangi Kakek, menggigit bajunya dan menarik kakek ke suatu tempat. Shiro menaikkan kakek di punggungnya dan pergi mendaki gunung di belakang rumah. Sesudah tiba di puncak gunung, Shiro menurunkan kakek dari punggungnya.

“Gali di sini, guk-guk! Gali di sini, guk-guk!” kata Shiro sambil menggonggong.
Walaupun kakek merasa aneh, ia mencoba menggali sesuai dengan permintaan Shiro. Ketika menggali, ada sesuatu yang terkena cangkulnya.
“Oh, apa ini...? I-ini u-uang keping emas!” Malamnya kakek dan nenek merasa betul-betul bahagia karena baru pertama kalinya mereka memiliki uang keping emas. Pada saat itu kakek dan nenek tetangga yang tamak datang. Keduanya telah melihat uang keping emas yang menggunung dan mengintip dari celah-celah pintu geser. Ia mendengar cerita dari kakek tentang bagaimana kakek menggali uang keping emas digunung belakang, lantas segera pulang dengan menarik paksa Shiro yang enggan.

Keesokan hari, kakek yang tamak pergi mendaki gunung belakang dengan menaiki punggung Shiro yang kemarin disiksanya sedemikian rupa. Shiro terhuyung-huyung dan akhirnya jatuh. Kakek mengira uang keping emas terpendam di tempat Shiro jatuh dan mulai menggali.
DUG!!!
Terdengar suara sesuatu yang terbentur cangkul.
“Wah, ada! Ha-ha-ha!!!”
Tepat ketika ia mengulurkan tangannya dengan senang hati karena mengira benda itu adalah uang keping emas, kakek yang tamak itu terkaget-kaget. Muncullah ular dan hantu berduyun-duyun.
“Kenapa kau menyusahkanku?”
Kakek tetangga yang marah itu akhirnya membunuh Shiro.

Kakek dan nenek yang baik hati merasa sedih sekali dan membuatkan makam untuk Shiro dan menanam pohon kecil di dekatnya. Ajaib, pohon itu tumbuh dengan cepat dan membesar. Besarnya kira-kira sebesar rengkuhan kedua tangan kakek.

Pada suatu hari, kakek dan nenek datang ke makam untuk menaruh bunga-bunga. Mereka menengadah ke arah pohon besar itu. Lantas pohon itu tampaknya berkata sesuatu.
“Tolong buat aku menjadi lesung, tolong buat aku menjadi lesung….”
Kakek dan nenek memutuskan untuk membuat lesung sesuai dengan permintaan pohon itu.
“Oh, aku punya ide. Mari kita tumbuk mochi untuk sesajen di makam Shiro.”
Kakek dan nenek mulai menumbuk mochi dengan lesung yang baru selesai dibuat.
“Hup!” “Yak!”
“Hup!” “Yak!”
Mereka menumbuk mochi berulang kali.

Kakek dan nenek bergotong-royong menumbuk mochi. Jadilah kue mochi yang tampaknya empuk dan lezat. Dan...kue mochi itu berkilau-kilau!
“Wah, Kek, apa ini?”
“Hmm, ini kue mochi yang aneh....”
Kakek dan nenek mengambil kue mochi yang berkilau-kilau itu, merobek-robek dan membentuknya menjadi bulat-bulat. Lantas, kue mochi itu mulai mengeluarkan kilau emas yang cemerlang!
“I-ini, uang keping emas!”
Pada saat itu kakek tetangga muncul lagi dan berkata, “Hei, apakah kamu mau meminjam lesung itu padaku?”
“Tapi ini kenang-kenangan dari Shiro….”

Tanpa mempedulikan kata kakek, si kakek dan nenek tetangga pergi membawa lesung itu.
Kakek dan nenek tetangga mulai menumbuk. Mereka tidak bisa menunggu sampai selesai menumbuk, jadi sering mengintip ke dalam lesung.
“Wah, Kek, warna mochi tidak berubah sedikitpun. Jangan-jangan kalau dibulatkan mungkin berubah.”
Kakek dan nenek tetangga merobek-robek mochi dan membentuknya menjadi bulat-bulat. Lantas mochi yang putih itu berubah menjadi arang hitam dan meloncat-loncat sehingga muka kakek dan nenek menjadi hitam legam. Kakek dan nenek yang marah membelah-belah lesung menjadi bagian-bagian kecil dan membakarnya di perapian.

Kakek dan nenek yang baik hati merasa sangat sedih ketika mengetahui hal itu. Lalu mereka mendatangi perapian rumah tetangga dan meraup abunya.
“Shiro....”
Kakek berpikir, paling tidak ia akan pulang membawa abu ini untuk mengenang Shiro. Lalu ia memasukkannya ke dalam keranjang.
“Mari kita taburkan abu ini di ladang dan kita tanam lobak yang digemari Shiro dulu.”
Kakek menuruti kata Nenek dan pergi ke ladang untuk menaburkan abu.

Abu itu ditiup angin dan tersebar. Pohon mati mulai bersinar dan bunga sakura bermekaran!
“Nek, lihat! Bunga sakura!”
Kakek yang gembira segera menabur-naburkan abu.
Alangkah ajaibnya! Pohon yang mati segera berbunga setelah ditaburi abu. Dalam sekejap mata, bunga sakura berbunga di mana-mana.
“Bunga sakura mekar, padahal sekarang bukan musim semi! ”

Orang-orang desa terkejut. Cerita ini bertiup dari gunung ke desa, dari desa ke desa, dari desa ke kota, dan sampai juga ke benteng....
Sang Raja penguasa benteng yang mendengar cerita itu datang ke tempat kakek dengan disertai para pengiringnya.

“Jangan segan-segan, lakukan saja dan perlihatkan kepada kami!”
Si Kakek menaburkan abu di atas pohon mati.
“Mekarlah bunga pada pohon mati!”
Abu yang dijatuhkan menari-nari, dan dalam sekejap pohon mati itu berubah menjadi pohon yang penuh bunga sakura.
Sang Raja merasa gembira sekali.
“Wahai kakek nomor satu di Jepang yang bisa memekarkan bunga, aku akan memberimu hadiah.”

“Tentang hadiah itu, tunggu sebentar!” Majulah si kakek tetangga yang tamak.
“Akulah kakek nomor satu di Jepang yang bisa memekarkan bunga. Dengan abu ini, akan kuperlihatkan bunga yang mekar tiba-tiba dalam satu tarikan napas.”
Kakek yang tamak mengumpulkan abu yang tersisa di perapian. Lalu ia memanjat pohon dan tiba-tiba menaburkan abu. Tapi abu itu malah jatuh di atas kepala sang Raja.
“Ha-hatttttsy!!!” sang Raja bersin-bersin.

Kakek yang kerjanya hanya meniru orang lain itu akhirnya dijebloskan ke dalam penjara.

In English Story : (Japanese folklore hanasaka jiisan)

In antiquity, in a village in the mountains, there lived a pair of grandparents who kindly. One day, when the grandfather was hoeing a small field in front of his house, heard the shouts grandfather greedy neighbors.
"Hey! Do not go into the fields of others! "
"Woof, woof, woof!"
Grandfather holding little dog came up to him with running it. Grandfather neighbor came after him and said, "That dog ruin my fields. Hand over that dog to me! "
The little dog was shaking with fear in the arms of his grandfather.
"Please, please let him go."
Grandfather pleaded as he bowed his head to the neighbor grandfather.
"If the next sign, I would have hit it!"
Grandpa neighbor came home with angry heart.

Grandparents kindly decided to keep a little dog because he was very sweet. The little dog named Shiro-in Japanese means 'White'. Shiro run around with a spirit from morning till night. He
eat rice, and continues to grow rapidly. If you eat a plate of rice, Shiro becomes large-sized plate, if you eat rice with a bowl, he became a big-sized bowl, if you eat rice in a pot, he enlarged the size of a pot.

One day Shiro came to Grandfather, biting her shirt and pull grandfather somewhere. Shiro raise grandfather on his back and went up the mountain behind the house. After arriving at the top of the mountain, Shiro lowering the grandfather of his back.

"Dig here, woof-woof! Dig here, woof-woof! "Said Shiro barking.
Although grandfather felt strange, he tried to dig in accordance with the request Shiro. When digging, there was something that affected his hoe.
"Oh, what's this ...? This I-u-money gold pieces! "Later that night the grandparents feel really happy because the first time they have money gold pieces. At that time grandparents came greedy neighbors. Both have seen money gold pieces mounting and peeking from crevices sliding doors. He heard stories from grandparents about how grandparents dig gold pieces on the mountain of money back, then immediately return to forcibly pull the reluctant Shiro.

The next day, the greedy grandfather went back up the mountain by climbing back yesterday Shiro who abused the such. Shiro staggered and eventually fell. Grandpa thinks money gold coins buried in the place Shiro fell and began to dig.
DUG !!!
The sound of something hit hoe.
"Whoa, there! Ha ha ha!!!"
Just when he reached out with pleasure because he thought it was money gold pieces, greedy grandfather was startled. Came the snakes and ghosts flock.
"Why are you menyusahkanku?"
Grandfather angry neighbors finally kill Shiro.

Grandparents benevolent sadness and made the tomb for Shiro and plant a small tree nearby. Miraculously, the tree grows rapidly and enlarges. The amount of approximately embraces both hands grandfather.

One day, grandfather and grandmother came to the cemetery to put flowers. They looked up at the big tree. So the tree seems to say something.
"Please make me into a mortar, please make me into a mortar ...."
Grandparents decided to create dimples in accordance with the request of the tree.
"Oh, I have an idea. Let mashed mochi for tomb offerings at Shiro. "
Grandparents begin pounding mochi with mortar that has just been created.
"Hup!" "Yak!"
"Hup!" "Yak!"
They repeatedly pounding mochi.

Grandparents worked together to pound mochi. Be cake mochi that seems tender and tasty. And ... mochi cake was gleaming!
"Well, Grandpa, what is this?"
"Hmm, this is a strange mochi cake ...."
Grandparents took the cake mochi glittering it, shredding it and shape into round. Then, the mochi cakes began issuing gold luster brilliant!
"I-have, money pieces of gold!"
At that time a neighbor grandfather appeared again and said, "Hey, do you want to borrow a mortar that to me?"
"But this is a memento of Shiro ...."

Ignoring the grandfather said, the grandparents are the neighbors going to bring the mortar.
Grandparents neighbors began to pound. They could not wait until after mashing, so often peek into the mortar.
"Well, Grandpa, mochi color change at all. Lest when rounded off may be changed. "
Grandparents neighbors tearing mochi and shape it into a round. Then the white mochi was transformed into black charcoal and jumped up and down so that the face of grandparents become black. Grandparents angry mortar splitting apart into small parts and burned it in the fireplace.

Grandparents kindly feel very sad to hear it. Then they went to the neighboring house and raked fireplace ashes.
"Shiro ...."
Grandpa thought, at least he will return to the 'carrying the ashes Shiro. Then he put it in the basket.
"Let us sprinkle ashes in the fields and we planted radishes popping Shiro first."
Grandma says Grandpa obeyed and went to the fields to ashes.

Abu blown by wind and scattered. Dead trees began to shine and the cherry blossoms are blooming!
"Grandma, look! Cherry blossoms!"
Grandpa happy immediately sow-naburkan ash.
What a wonderful! Trees that die soon after flowering ash dusted. In the blink of an eye, the cherry blossoms bloom everywhere.
"The cherry blossoms bloom, but now instead of spring! "

The villagers were surprised. This story was blowing from the mountains to the village, from village to village, from the village to the city, and until well into the fort ....
The King ruler fortress hear the story comes to a grandfather accompanied by escorts.
"Do not hesitate, just do it and show it to us!"
The grandfather sprinkled ashes on dead trees.
"Mekarlah flowers on a dead tree!"
Abu imposed danced, and in an instant the dead tree was turned into a tree full of cherry blossoms.
The king was overjoyed.
"O grandfather number one in Japan could blossom flower, I will reward you."

"On the gift, wait a minute!" Attack grandfather greedy neighbors.
"I am the grandfather number one in Japan could blossom flowers. With this ash, would I showed flowers that bloom suddenly in one breath. "
Grandfather greedy collect the remaining ashes in the fireplace. Then he climbed up a tree and suddenly ashes. But the ash was actually falls on the head of the King.
"Ha-hatttttsy !!!" the King sneezing.

His grandfather who just imitate others it eventually ended up in prison.

Posting Komentar untuk "cerita rakyat jepang kakek pemekar bunga"